Cara Mengatasi Anak Penakut agar Jadi Pemberani
ARDINTORO |dot| COM - Pada dasarnya setiap manusia yang masih waras pasti memiliki rasa takut. Takut merupakan naluri atau insting yang di gunakan untuk melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, misalnya ketika seseorang takut dengan ular berbisa, ketika dia lihat ular pasti langsung lari bahkan teriak histeris, sehingga dia bisa selamat dari gigitan ular.
Coba bayangkan bila seseorang tersebut nggak memiliki rasa takut terhadap ular, dia berbuat sembrono dengan langsung memegang ular yang di lihatnya, pasti akan berakibat fatal pada dirinya bisa di gigit, di lilit yang menyebabkan kematian pada orang tersebut.
Meskipun demikian setiap orang memiliki tingkat ketakutan yang berbeda-beda. Ketakutan bisa timbul karena sesuatu misalnya takut benda tertentu, hewan, tumbuhan bahkan makhluk tak kasat mata. Itu tergantung pada kondisi psikologis masing-masing orang.
Misalnya saat saya kecil. Ketika nangis Ibu (mamak) selalu menakut-nakuti dengan gelas bergambar aladin, seketika itu saya langsung diam nggak berani nangis lagi, itu menunjukkan bahwa, ketakutan bisa terjadi bahkan dengan hal-hal sederhana yang mungkin hal itu, nggak membuat takut orang lain. Sekali lagi itu tergantung pada pribadi masing-masing.
Dari penyelidikan ilmu jiwa anak di sebutkan. Bayi yang baru di lahirkan mereka sudah memiliki rasa takut misalnya takut pada bunyi-bunyian yang keras misalnya petir, petasan, benda jatuh dll. Selain itu anak juga biasanya takut terjatuh ketika mereka kehilangan keseimbangan badan. Itu terlihat di saat anak mulai belajar merangkak dan berjalan.
Kedua jenis ketakutan bayi pada contoh di atas di sebut takut pembawaan. Yaitu rasa takut yang timbul dari lahir, setelah anak menginjak dewasa biasanya akan takut dengan hal lain yang ada di sekitarnya, misalnya takut pada api, anjing, air, bayangannya sendiri atau bahkan takut setan karena keseringan nonton film horor.
Jadi nyatalah bahwa perasaan takut yang terjadi baik pada anak-anak atau orang dewasa biasanya di sebabkan pengaruh lingkungan. Misalnya anak-anak ketika melihat orang gila ngamuk merasa takut, kemudian rasa takut itu tertanam di alam bawah sadarnya yang di kemudian hari menjadi trauma berkepanjangan, menjadikan anak merasa takut bila keluar rumah.
Pertama. Takut pada hal yang di anggap aneh yang selama ini belum pernah dia lihat maupun dengar, misalnya: Takut pada suara kucing, jangkrik, bunyi lonceng, takut dengan kereta api, pesawat terbang dll.
Kedua. Takut pada sesuatu yang telah di kenalinya, bercampur dengan hal yang masih asing dan tak masuk akal, misalnya takut pada bayang-bayangnya sendiri, dengan imajinasi bayang-bayang tersebut akan mencaplok kepala anak itu.
Ketiga. Mereka merasa takut bila terpisah dari orang tua, pengasuh atau orang yang di kenalnya. Misalnya anak akan menangis bila di tinggal sendirian di rumah, nggak di ajak pergi ke pasar, ketika di tinggal masuk ke kamar kecil/WC dll.
Keempat. Terpengaruh orang dewasa atau anak-anak yang sudah besar. Anak dapat menjadi penakut bila orang tua, kakak-kakaknya atau pengasuhnya sering menakut-nakuti dia, misalnya karena anak itu terlalu aktif pengasuhnya sering menakuti dengan kalimat “he jangan nakal ada setan wo wo di depan itu”. Seketika itu anak jadi diam nggak mau bergerak dan menjadi anak yang pasif.
Kelima. Ketakutan karena kesulitan yang di alami anak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: Saat pelajaran matematika di sekolah, anak tersebut sering bolos dengan berbagai alasan karena dia nggak bisa menghitung. Dalam pergaulan sehari-hari si anak sering di bully teman-temanya membuat dia nggak percaya diri, takut dan nggak mau bergaul dengan lingkungan sekitar.
Rasa takut dapat melemahkan semangat. Kita menjadi nggak tenang, nggak berdaya dan sebagainya. Kalau ketakutan yang kita alami terlalu lama, akan berakibat buruk, misalnya: Sering sakit-sakitan, nafsu makan hilang, sering marah nggak jelas dan gugup. Bahkan perasaan takut yang berlebih bisa menyebabkan penyakit saraf pada pikiran kemudian menjadi gila yang dapat merugikan diri sendiri.
Kita sudah mengetahui bersama bahwa betapa penting usaha dalam mengatasi rasa takut kususnya pada anak-anak kita. Sebagai orang tua atau pendidik (guru) hendaknya berusaha mendidik anak-anak agar kelak menjadi manusia yang berani, berkemauan keras, nggak mudah putus asa, percaya kepada diri sendiri dan sanggup mengatasi kesulitan yang di alami dalam kehidupannya. Untuk itu pendidikan ke arah pemberantasan sifat penakut sangat penting sekali.
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu di perhatikan. Terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab-musabab, kemudian barulah kita berusaha memberantas ketakutan itu, contohnya:
Kenalkan anak pada hal-hal yang di takutinya. Bila anak itu takut pada sesuatu yang nggak di kenalnya, maka sebagai pendidik atau orang tua sebaiknya mengajak anak itu mengenal lingkungannya lebih baik.
Misalnya, seorang anak yang takut pada pesawat maka alangkah baiknya sesekali anak itu di bawa ke bandara agar terbiasa melihat pesawat dan nggak takut lagi. Bila anak tersebut takut pada mainan seperti robot, boneka atau mobil-mobilan maka biasakan anak itu dengan main-mainan tersebut.
Bangkitkan kepercayaan diri anak. Bila seorang anak takut menghadapi kesulitan dalam hidupnya, besarkan hatinya agar ia lebih tabah dan sabar dalam menghadapinya. Banyak orang tua yang berbuat kesalahan dalam mengatasi rasa takut ini.
Bila seorang anak merasa ketakutan dalam menghadapi pelajaran di sekolah maka kita sebagai orang tua maupun guru sebaiknya membimbing dengan memberikan contoh-contoh sederhana yang mudah di fahami yang sesuai dengan karakter pribadi anak tersebut. Sehingga anak tersebut mampu menyelesaikan pelajaran-pelajaran yang di anggap sulit.
Usahakan agar hubungan baik orang tua atau pendidik kepada si anak terjalin erat. Jika seorang anak merasa takut pada saat pertama kali masuk sekolah, sebaiknya orang tua mengantar terlebih dahulu dan guru berlaku ramah, murah senyum untuk membesarkan hati anak, agar merasa nyaman saat berada di sekolah.
Orang tua atau pendidik sebaiknya merasa tenang, jangan gugup bila menghadapi sesuatu hal yang membahayakan atau menakutkan. Sugesti dari orang tua atau pendidik yang selalu gugup atau penakut sangat mudah sekali menjalar dan mempengaruhi psikologi anak-anak tersebut.
Akhirnya. Jangan sekali-kali kita menakut-nakuti anak dengan berbagai cerita seram atau menakutkan, misalnya tentang Setan, hantu, jin, hewan buas dll. Bicaralah dengan kata-kata yang masuk akal, jangan mendidik anak dengan bermacam-macam tahayul, khurofat karena hal itu nggak berguna sama sekali untuk tumbuh kembang anak-anak.
Coba bayangkan bila seseorang tersebut nggak memiliki rasa takut terhadap ular, dia berbuat sembrono dengan langsung memegang ular yang di lihatnya, pasti akan berakibat fatal pada dirinya bisa di gigit, di lilit yang menyebabkan kematian pada orang tersebut.
Meskipun demikian setiap orang memiliki tingkat ketakutan yang berbeda-beda. Ketakutan bisa timbul karena sesuatu misalnya takut benda tertentu, hewan, tumbuhan bahkan makhluk tak kasat mata. Itu tergantung pada kondisi psikologis masing-masing orang.
Misalnya saat saya kecil. Ketika nangis Ibu (mamak) selalu menakut-nakuti dengan gelas bergambar aladin, seketika itu saya langsung diam nggak berani nangis lagi, itu menunjukkan bahwa, ketakutan bisa terjadi bahkan dengan hal-hal sederhana yang mungkin hal itu, nggak membuat takut orang lain. Sekali lagi itu tergantung pada pribadi masing-masing.
Gelas Horor 😅 |
Kedua jenis ketakutan bayi pada contoh di atas di sebut takut pembawaan. Yaitu rasa takut yang timbul dari lahir, setelah anak menginjak dewasa biasanya akan takut dengan hal lain yang ada di sekitarnya, misalnya takut pada api, anjing, air, bayangannya sendiri atau bahkan takut setan karena keseringan nonton film horor.
Jadi nyatalah bahwa perasaan takut yang terjadi baik pada anak-anak atau orang dewasa biasanya di sebabkan pengaruh lingkungan. Misalnya anak-anak ketika melihat orang gila ngamuk merasa takut, kemudian rasa takut itu tertanam di alam bawah sadarnya yang di kemudian hari menjadi trauma berkepanjangan, menjadikan anak merasa takut bila keluar rumah.
Baca Juga: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak
Faktor-faktor Penyebab Ketakutan pada Anak
Tadi sudah banyak di jelaskan bahwa, perasaan takut ada pada semua orang nggak terkecuali pada anak-anak. Adapun yang membuat rasa takut pada anak antara lain:Pertama. Takut pada hal yang di anggap aneh yang selama ini belum pernah dia lihat maupun dengar, misalnya: Takut pada suara kucing, jangkrik, bunyi lonceng, takut dengan kereta api, pesawat terbang dll.
Kedua. Takut pada sesuatu yang telah di kenalinya, bercampur dengan hal yang masih asing dan tak masuk akal, misalnya takut pada bayang-bayangnya sendiri, dengan imajinasi bayang-bayang tersebut akan mencaplok kepala anak itu.
Ketiga. Mereka merasa takut bila terpisah dari orang tua, pengasuh atau orang yang di kenalnya. Misalnya anak akan menangis bila di tinggal sendirian di rumah, nggak di ajak pergi ke pasar, ketika di tinggal masuk ke kamar kecil/WC dll.
Keempat. Terpengaruh orang dewasa atau anak-anak yang sudah besar. Anak dapat menjadi penakut bila orang tua, kakak-kakaknya atau pengasuhnya sering menakut-nakuti dia, misalnya karena anak itu terlalu aktif pengasuhnya sering menakuti dengan kalimat “he jangan nakal ada setan wo wo di depan itu”. Seketika itu anak jadi diam nggak mau bergerak dan menjadi anak yang pasif.
Kelima. Ketakutan karena kesulitan yang di alami anak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: Saat pelajaran matematika di sekolah, anak tersebut sering bolos dengan berbagai alasan karena dia nggak bisa menghitung. Dalam pergaulan sehari-hari si anak sering di bully teman-temanya membuat dia nggak percaya diri, takut dan nggak mau bergaul dengan lingkungan sekitar.
Cara Mengatasi Ketakutan pada Anak
Nggak ada seorang pun yang dapat melepaskan diri dari rasa takut, tetapi nggak seorang pun yang ingin takut. Karena perasaan takut sangat besar pengaruhnya pada diri kita masing-masing, baik jasmani maupun rohani.Rasa takut dapat melemahkan semangat. Kita menjadi nggak tenang, nggak berdaya dan sebagainya. Kalau ketakutan yang kita alami terlalu lama, akan berakibat buruk, misalnya: Sering sakit-sakitan, nafsu makan hilang, sering marah nggak jelas dan gugup. Bahkan perasaan takut yang berlebih bisa menyebabkan penyakit saraf pada pikiran kemudian menjadi gila yang dapat merugikan diri sendiri.
Kita sudah mengetahui bersama bahwa betapa penting usaha dalam mengatasi rasa takut kususnya pada anak-anak kita. Sebagai orang tua atau pendidik (guru) hendaknya berusaha mendidik anak-anak agar kelak menjadi manusia yang berani, berkemauan keras, nggak mudah putus asa, percaya kepada diri sendiri dan sanggup mengatasi kesulitan yang di alami dalam kehidupannya. Untuk itu pendidikan ke arah pemberantasan sifat penakut sangat penting sekali.
Berikut ini beberapa petunjuk yang perlu di perhatikan. Terlebih dahulu kita harus mengetahui sebab-musabab, kemudian barulah kita berusaha memberantas ketakutan itu, contohnya:
Kenalkan anak pada hal-hal yang di takutinya. Bila anak itu takut pada sesuatu yang nggak di kenalnya, maka sebagai pendidik atau orang tua sebaiknya mengajak anak itu mengenal lingkungannya lebih baik.
Misalnya, seorang anak yang takut pada pesawat maka alangkah baiknya sesekali anak itu di bawa ke bandara agar terbiasa melihat pesawat dan nggak takut lagi. Bila anak tersebut takut pada mainan seperti robot, boneka atau mobil-mobilan maka biasakan anak itu dengan main-mainan tersebut.
Bangkitkan kepercayaan diri anak. Bila seorang anak takut menghadapi kesulitan dalam hidupnya, besarkan hatinya agar ia lebih tabah dan sabar dalam menghadapinya. Banyak orang tua yang berbuat kesalahan dalam mengatasi rasa takut ini.
Bila seorang anak merasa ketakutan dalam menghadapi pelajaran di sekolah maka kita sebagai orang tua maupun guru sebaiknya membimbing dengan memberikan contoh-contoh sederhana yang mudah di fahami yang sesuai dengan karakter pribadi anak tersebut. Sehingga anak tersebut mampu menyelesaikan pelajaran-pelajaran yang di anggap sulit.
Usahakan agar hubungan baik orang tua atau pendidik kepada si anak terjalin erat. Jika seorang anak merasa takut pada saat pertama kali masuk sekolah, sebaiknya orang tua mengantar terlebih dahulu dan guru berlaku ramah, murah senyum untuk membesarkan hati anak, agar merasa nyaman saat berada di sekolah.
Orang tua atau pendidik sebaiknya merasa tenang, jangan gugup bila menghadapi sesuatu hal yang membahayakan atau menakutkan. Sugesti dari orang tua atau pendidik yang selalu gugup atau penakut sangat mudah sekali menjalar dan mempengaruhi psikologi anak-anak tersebut.
Akhirnya. Jangan sekali-kali kita menakut-nakuti anak dengan berbagai cerita seram atau menakutkan, misalnya tentang Setan, hantu, jin, hewan buas dll. Bicaralah dengan kata-kata yang masuk akal, jangan mendidik anak dengan bermacam-macam tahayul, khurofat karena hal itu nggak berguna sama sekali untuk tumbuh kembang anak-anak.
Referensi dan Sumber Gambar
- Bisri Mustofa Djaelani, 2010. Mendidik Generasi Berkualitas. Jakarta: Trans Mandiri Abadi
- https://blogwidadcollection.wordpress.com/
- https://barangantikonline.blogspot.com
- https://www.popmama.com/
45 comments for "Cara Mengatasi Anak Penakut agar Jadi Pemberani"
Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini, dengan Ketentuan :
1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi. Bila berkomentar nggak sesuai dengan kebijakan Blogger maka nggak di terbitkan!
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Happy Blogging 🙂.
banyak ortu yg suka menakut2i anak makanya jd penakut. anakku gak ada yg penakut krn gak pernah aku takut2i. soalnya aku penakut krn dulu sering ditakut2i pembantu. takut gelap dulua ku suka ditakut2in janagn gelap2 nanti ada setannya. makanya kalau lampu tiba2 mati malam hari, aku bisa teriak2
ReplyDeletePola asuh dulu dg sekarang sudah berbeda Bunda, cara dulu klo ingin anaknya diam dan nggak rewel pasti di takut-takuti.
DeleteDulu orang tua mengasuh dg pengetahuan yg minim, memang jaman dulu pendidikan masih menjadi barang yg langka.
Beda dengaan sekarang banyak ilmu Parenting bertebaran, sehingga memudahkan orang tua dalam mendidik anak
Sepakat bgt mas. Sepupuku sering bgt ditakut2i hewan kucing sm ortunya, smpe gede dia bener2 takut bgt sm kucing.. Harusnya emang pelan2 kudu dikenalin sm kucing, kl hal yg ditakuti itu cm pikiran yg blm tentu terjadi. Pola asuh ortu sangat berperan ya
ReplyDeleteHehe Trauma mungkin Mbak, kasian ya memang di masa tumbuh kembang anak sangat mudah menerima apapun dari lingkungan :)
DeleteTerima kasih sharingnya mas. Kalau kata ustazah putri saya, akan ada masa di mana memang anak menjadi takut-takut, khususnya yang berbau gaib juga. Memang tugas sebagai orang tualah yang memahamkan kalau ketakutan hal yang wajar dan memberikan solusi dalam mengatasi ketakutan itu.
ReplyDeleteNa itu Mbak terimakasih atas tambahannya :)
DeleteKebanyakan anak jadi penakut karena sering ditakut-takutin. Saya pribadi berhati-hati akan hal ini buat anak saya. Namun tampaknya sifat anak penakut juga tampaknya menurun dari orangtua, ya. Terapi kepercayaan diri yang pengin saya dalami. BTW saya takut banget sama tikus,terapinya gimana ya, hehehe..
ReplyDeleteWah hia kah? mungkin harus pegeng-pegang tikus biar berani hehe (bercanda)
DeleteMemang tikus hewan yg mengelikan Mbak saya juga klo ada tikus kadang-kadang kaget.
Menakuti anak-anak kayaknya kalau di Indonesia udah jadi budaya yaa. Alasannya biar mereka penurut, biar mereka baik, padahal ujung-ujungnya ortu juga rugi sendiri kalau sampai anak jadi terganggu, apalagi jika parah bisa sampai sakit-sakitan. Kalau dulu, saya takut banget sama hantu karena di kampung kehidupannya dulu kayak mistis banget. Setelah dewasa dan tinggal di Jakarta, saya lebih takut sama maling daripada hantu. Duh, semoga nggak nurun sama anak-anak... :D
ReplyDeleteNa itu Mbak, mungkin jaman dulu cara mendidiknya gitu, anak generasi 90'an pasti pernah merasakanya, saya juga dulu pernah takut dengan gelas.
DeleteSedangkan pola didik anak sekarang kayaknya sudah berubah seiring dengan majunya jaman :)
Maaf ya Kak, aku jadi pengen ketawa karena gambar gelas aladin hehe. Tapi sekarang udah enggak takut lagi dong ya hehe. Memang bener ya, lingkungan pengaruh banget, di lingkungan keluarga terutama ibu, takut sama binatang semacam ular, ulat, cacing dan akhirnya aku pun jadi phobia. Selain itu aku juga takut kalo lihat gambar antariksa (kalo yg ini gatau penyebabnya apa), aneh ya wkwkwk, mudah-mudahan nggak nular ke anak-anakku.
ReplyDeleteHehe uda enggak lah, tu kan jaman TK wkwk
DeleteMemang aneh ya Mbak, coba di biaskan dg yang kita takuti semoga jadi berani.
dari kecil sudah sering ditakut-takuti ntar pas dewasa jadi manusi bingung memilih keputusan, cemas saat mengadapi keadaan sulit,
ReplyDeleteSabar Mbak, mulai di biasakan dg yg di takuti.
DeleteBiar nanti lama" ilang yg di takuti hehe
bener banget, afirmasi positif sejak awal harusnya selalu dibangun saat komunikasi dengan anak. btw anak aku juga lagi masuk fase separation anxiet. tapi ini normal karena emang tahap perkembangan sosialnya dia, dia sudah bisa bedain mana pengasuh utama manaI yang bukan
ReplyDeleteMantep Mbak,
DeleteSemangat mendidik geretasi yg berkualitas, dari orang tua berwawasan, cerdas dan beraklak mulia akan melahirkan generasi emas.
Iyes. Anak memang gak boleh ditakut-takuti dalam hal apa pun. Apalagi jika hanya beralasan agar anak nurut org tua.
ReplyDeleteSayangnya, teman bermain bisa mempengaruhi. Kayak anak saya. Dr kecil bgt gk pernah takut sendirian, gelap, ke mana2.
Eh, sejak sering main ma temennya yg penakut dan suka nakut2in ada setan, anak sy jd kadang takut ke kamar mandi sendiri.
Wah kasian, memang lingkungan sangat berpengaruh dg tumbuh kembang anak Mbak, harus di berikan penguatan agar tidak takut :)
DeleteBenar. Jangan pernah menakut-nakuti anak. Efeknya sangat tidak baik. Berdasarkan pengalaman pribadi soalnya... hehehe
ReplyDeleteHehe dulu pernah di takut-takuti ye Mbak?
DeleteBagaimana kalau anak telanjur takut sama hantu? Tak pernah ditakut-takuti dengan hal begitu. Malah sudah dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna dan berlindung pada Allah. Tapi takut ya masih takut. Kadang kesel lihatnya.
ReplyDeleteMungkin pengaruh filem dan teman-twmannya e.
DeleteSabar Mbak,karena psikologi anak masih lemah, orang tua harus sabar dalam menjelaskan
aku sampai sekarang takut hantu. karena dulu masih kecil sering ditakut takuti hantu biar gak keluar atau minta sesuatu. untuk anakq, big no. kalau takut ya dijelaskan. biar gak jadi trauma. thanks sharingnya mas
ReplyDeleteHehe mantep Mbak ibu masa kini mampu mengatasi problem yg dulu pernah di alami.
DeleteAku takut kecoak, anak-anakku juga dong, suamiku ampe sebel kalo pas ada nongol kecoa di rumah, xixiiiiii
ReplyDeleteWah klo itu sama Mbak saya juga,
DeleteTapi lebih tepatnya jijik bikin kepala begedek, bukan takut.
Sangat beramnfaat.
ReplyDeleteBisa jadi bekal untuk mendidik anak kelak. Aamiin
Semngat Mbak semoga cepet di segerakan hehe
DeleteSetuju banget. Ilmu menakuti dah enggak dipakai utk ortu zaman now kayaknya. Kalau ortuku dulu pernah gitu, tapi anakku skrg sdh beda zaman, alhamdulillah, malah lebih pemberani anak usia 5 tahun dibandingkan bundanya, wkwk..
ReplyDeleteLucu lihat gambar gelas sarimi, kerasa banget, kalau aku pernah merasaknnya krn lahir tahun 80an... Eh
Hia Mbak harus bisa memutus mata rantai pola asuh eh
DeleteGelas legendaris itu :)
Aku penakut Kaka tidur sendiri karena sejak kecil sering ditakut takuti 😔 terima kasih sharingnya mbak
ReplyDeleteHia sama-sama :)
DeleteSecara alam bawah sadar itu yang paling mujarab adalah sikap orang tua kita ya mas, karena kecilku aku sangat merasakan sekali keadaan itu
ReplyDeleteHia Bu, makanya di masa-masa emas pertumbuhan orang tua harus bener dalam pola asuh.
DeleteAnakku yang masih balita takut lampu di kamar mandi, serem katanya. Sampai mau pipis di tahan, takut masuk kamar mandi. Baca ini jadi belajar memahami lebih jauh penyebab dan bagaimana mengatasinya. Saya baru tahu ada gelas Aladin. Hihi
ReplyDeleteWah kok bisa Mbak, selalu di temani klo ke toilet agar jadi berani hehe
DeleteWkwkwkwk... Itu gelas dari mana horornya sih? Gagal paham nih.
ReplyDeleteTapi yaa namanya orang, pasti punya takut yang beda-beda. Macam saya yang nggak ngerti kenapa bisa takut sama kucing. Nggak pernah ditakut-takutin juga. Heran aja.
Saya juga nggak tau kenapa dulu bisa takut ya wkwk
DeleteHehe biasakan pegang kucing Mbak biar jadi pemberani.
wah artikel yajg sangat bermanfaat mbak. kadang anak jadi penakut pun karena orang tua yang malah justru nakut nakutin kayak ‘awas lo kalau nakal disuntik, ditanglep polisi, diculik dll’ makanya sebisa mungkin sya ga ngasih ancaman macam itu
ReplyDeleteNa itu Mbak sebagai orang tua harus mendidik dg pemahaman positif
DeleteBtw, sharingnya bermanfaat banget nih kak. Khususnya buat para ortu yg punya anak penakut kayak aku, hehe. Terkadang, secara gak sadar para ortu ini juga suka nakutin anak-anaknya lantaran satu dan lain hal juga sih. Makanya pembiasaan dan membangun rasa rasa pe diri ini nih yg penting banget. Seperti yg kakak bagikan. Setuju.
ReplyDeleteHia Mbak dari pada melarang dg me nakut-nakuti lebih baik di jelaskan secara logis kenapa berbuat suatu hal itu di larang?
Deleteketika anak takut, justru jangan ditambah dia untuk berani secara terpaksa ya, yg ada dia malah trauma dan rasa takutnya makin parah
ReplyDeleteNggak pa-pa Mbak asal sesuai porsi dalam taraf pembiasaan, suatu saat pasti akan jadi berani seiring dg masa pertumbuhannya.
DeleteCara menghilangkan ketakutan justru dengan "masuk" dalam ketakutan itu sendiri, ya...
ReplyDeleteTapi sebaiknya juga jangan terpaksa lah, takutnya malah trauma... Bisa jadi, malaj semakin takut...