Mengenang Permainan Tradisional yang Terlupakan
Permainan Tradisional VS Modern |
ARDINTORO |dot| COM - Bagi generasi 90’an, pasti nggak asing
dengan permainan tradisional. Permainan yang tempo dolo'e sangat popular selalu
di mainkan kala waktu luang, tetapi seiring berjalannya waktu dengan kemajuan
teknologi yang semakin pesat, permainan tradisional semakin terpinggirkan dan
tergantikan dengan permainan yang berbasis teknologi seperti virtual 3D, game (baik
di PC, PS, HP) dll.
Sebagai generasi 90’an terkadang prihatin dengan
keadaan ini, padahal dengan permainan tradisional anak-anak bisa aktif
bergerak dan mudah bersosialisasi dengan teman sebaya.
Gadget
menurut saya adalah salah satu penyebab terpinggirkannya permainan tradisional,
apalagi banyaknya geme-geme yang mudah di download dari internet, yang
menyebabkan anak-anak generasi sekarang terlalu asik dengan dunianya dan nggak menghiraukan keadaan sekitarnya.
Efek samping dari permainan yang
berbasis teknologi misalnya, seorang cenderung cuek nggak bisa bersosialisasi dengan
teman sebaya (mereka bersama tapi nggak saling tegur sapa, karena terlalu
asik dengan Gadget masing-masing entah nge-geme, chat di media social dll).
Secara nggak langsung mengubah pola pikir mereka, misalnya suka menyendiri,
masih SD sudah pintar pacaran karena terpengaruh media sosial hehe, tanda kutip
ya (nggak semua). Beda dengan jaman kita kecil generasi 90’an. Masih main sama-sama, misalnya adu karet, kejar layangan, petak umpet, kelereng dan masih
banyak lagi yang membuat kita bahagia.
Sobat sesuai tema di atas, mari
kita bahas satu-persatu permainan tradisional (Jadoel) anak generasi
90’an yang membuat kita kangen dan ingin rasanya balik ke masa kanak-kanak
lagi hehe.
1. Layang-layang (layangan)
Kuambil
buluh sebatang, kupotong sama panjang, kuraut dan kutimbang dengan benang
kujadikan layang-layang!. Bagaimana Sobat suara saya merdu nggak. Syair itu berjudul layang-layang biasa di nyayikan
ketika duduk di bangku SD. Yuuup… nyanyian itu sesuai tema kita layang-layang.
Anak generasi 90’an nggak akan asing
dengan permainan ini, biasanya di buat dari bambu dan benang di bungkus dengan
kertas jadilah layang-layang. Ada beberapa model layang-layang ketika saya kecil, misalnya:
Banyak angkrem, drodokan, orang-orangan dll. Yang bikin tambah keren di
tambah aksesoris “Sroangan”, (bunyi-bunyian di buat dari pita yang
di pancangkan dengan bambu semacam panah, bila pita terkena angin bisa bunyi
“ngoang-ngoang).
Keseruan itu berlanjut ketika beradu tangan sampe
terluka gara-gara terkena gesekan benang, kalau sudah putus kita kejar rame-rame sampe ke desa sebelah. Saat itulah menurut saya yang paling indah.
2. Permainan Karet
Permainan ini saya bagi menjadi 2 untuk
anak cowok dan cewek. Untuk anak cowok biasanya karet di gunakan “Srambangan”, (kayu di tancapkan ke tanah dengan beberapa model, selanjutnya karet di
lempar ke atas kayu-kayu, bila masuk berarti menang). Permainan ini
semacam judi jaman old (versi bocah) kalau menang berarti siap-siap
bawa uang dan karet banyak hehe.
Untuk anak cewek, karet di gunakan lompat tali
di mainkan secara berkelompok lazim di mainkan ketika istirahat sekolah. Kayaknya anak sekarang masih main lompat tali ini, karena baru-baru ini
pernah liat anak SD masih memainkannya.
3. Petak Umpet (Jumpritan)
Teringat sekitar tahun 95’an waktu saya
SD. Waktu itu listrik belum masuk desa. Setelah sholat ishak saat bulan terang
(Purnama), permainan ini di mainkan bersama teman-teman (cowok-cewek). Cara bermainnya, salah satu jaga dan teman lainnya sembunyi.
Tapi
jangan di pikir sembunyinya gampang di cari ya Sobat. Waktu itu ada
yang sembunyi di genuk/tampungan air, WC, naik atas pohon, di dalam
gorong-gorong dll. Tapi yang bikin sebel saat kita jaga, teman yang sembunyi
malah pulang tidur di rumah hehe, bikin nyesek! Besoknya kalau di ajak main
lagi sudah malas. Tapi seru sih, anak-anak jadul itu pemberani meskipun ke
tempat gelap di belakang rumah, nggak ada takut-takut nya kalau pas main
petak umpet.
4. Ketapil (Ketepel)
Permainan ini identik dengan anak cowok.
Jaman saya kecil Ketapil (Pagah dalam bahasa jawa) di buat dari pohon
asam di bentuk sedemikian rupa sehingga memiliki ke-khasan bentuknya. Dengan
tahap finishing di bakar dalam "pawon" (perapian) emak,
sehingga memiliki bentuk sesuai dengan keinginan. Kalau musim ketapil tiba,
semua anak cowok bersenjatakan ketapil, di gunakan untuk mencari buruan
(burung, tikus, mangga, tawon dll) di sawah/tegalan tetangga sampai tanamannya
rusak.
5. Betengan (Jaga Benteng)
Waktu istirahat sekolah adalah waktu
yang pas untuk permainan ini, masing-masing tim berjumlah 5 sampai
10 orang dengan salah satu jaga tiang. Bagi yang berhasil menyentuh tiang
lawan, tanpa tersentuh berarti dia menang, tetapi harus waspada karena
permainan ini biasanya kasar. Yang menjadi korban biasanya kancing baju, sering
di tarik teman sampai lepas, kalau kancing baju sudah lepas dan pulang ke
rumah, siap-siap aja di omeli emak!.
6. Masak-Masakan
Permainan ini identik dengan permainan
cewek, kalau ada cowok yang ikut main siap-siap aja di sebut banci kaleng
hehe. Masak-masakan sama seperti masak beneran ada kompor, wajan, kuali,
sendok dll. Tapi bedanya alat yang di gunakan dari plastik dan bahan masakanya
dari sekitar rumah seperti tanah, daun, bunga dll. Permainan ini bagus bila
di mainkan, membuat anak kreatif.
7. Perang-Perangan
Bagi anak generasi 90’an pasti nggak
asing dengan permainan ini, biasanya di mainkan se-habis nonton filem serial
di TVRI “Combat” (Filem perang dunia dimana Jerman berhadapan dengan sekutu). Gara-gara filem ini pohon pisang tetangga habis karena batang dan daunnya di
pakai bedil (tembak-tembakan) hehe.
Mungkin itu ya Sobat permainan
tradisional yang saya bahas. Bila ada yang ingin menambahkan bisa di tulis di
dalam komentar.
Penutup :
”Permainan Tradisional
sangat penting membuat anak menjadi kreatif, kuat dan sehat. Karena mereka aktif bergerak selama melakukan permainan dan memudahkan
mereka bersosialisasi dengan teman sebaya, karena umumnya permainan tradisional
di mainkan secara berkelompok”.
6 comments for "Mengenang Permainan Tradisional yang Terlupakan"
Jika ada yang Ingin Anda Tanyakan Terkait Artikel di atas Silahkan Bertanya Melalui Kolom Komentar Berikut ini, dengan Ketentuan :
1. Berkomentarlah dengan Sopan (No Spam, Sara dan Rasis).
2. Komentar di Moderasi. Bila berkomentar nggak sesuai dengan kebijakan Blogger maka nggak di terbitkan!
3. Centang kotak Notify Me / Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi komentar.
4. Happy Blogging 🙂.
dolanan spt ini sudah tergeser dg permainan modern dan perlu digalakan lagi ya
ReplyDeleteItulah sob,smogasuatu saat Pemerintah membuat sebuah taman bermain di tengah kota dengan konsep ramah anak dan memiliki permainan tradisional heem... kyaknya keren
DeleteJadi kangen sama permainan tradisional jaman kecil. Eh tapi kalau petak umpet anak-anakku masih main sama temannya sekomplek. Cuman nyarinya lebih mudah nggak kayak dulu soalnya nggak ada tempat ngumpet. Hehehe
ReplyDeletebagus tu bunda, biar anak bisa bersosialisasi n sehat karena sering lari-lari
DeleteMungkin perlu kita kenalkan lagi kepada anak-anak permainan ini ya, tapi apakah mereka mau?
ReplyDeleteSalam,
https://jelajahlangkah.com
Insaalah Mau yang penting di perkenalkan dengan cara yang menyenangkan hehe
DeleteTrimaksih telah berkunjung, siap Blogwalking :)